Kamis, 10 Mei 2012

Tatanama Senyawa Koordinasi

Untuk memberikan nama senyawa kompleks diperlukan beberapa aturan tertentu yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
1. Nama kation disebutkan terlebih dahulu daripada nama anionnya.
2. Untuk ion kompleks yang bermuatan positif, nama ligan disebutkan terlebih dahulu dan selanjutnya diikuti nama ion pusatnya
3. Untuk menyatakan banyaknya ligan sederhana dipakai awalan di untuk 2 ligan sejenis, tri untuk 3 ligan, tetra untuk 4 ligan, penta untuk 5 ligan, heksa untuk 6 ligan dan seterusnya. Untuk menyatakan banyaknya ligan yang kompleks (misalnya ligan organik) dipakai awalan bis untuk 2 ligan, tris untuk 3 ligan, tetrakis untuk 4 ligan, pentakis untuk 5 ligan, heksakis untuk 6 ligan dan sete­rusnya.
4. Jika ligan lebih dari satu macam, penyebutan nama ligan diurut sesuai dengan urutan alfabetik.
5. Nama ligan negatif (ligan anion) diakhiri dengan huruf–o dari nama asli kelom­pok­nya, misalnya fluoro, kloro, siano, karbonato, tiosulfato, oksalato dan sebagainya, sedangkan ligan netral susuai nama molekulnya kecuali ligan-ligan khusus seperti H2O = aqua; NH3 = amina; CO = karbonil; NO = nitrosil.
6. Nama ion pusat selalu diikuti oleh tingkat oksidasi ion pusat tersebut. Jika ion kom­pleks berupa anion, nama atom pusat sesuai dengan nama latinnya dan diberi akhiran –at, tetapi jika ion kompleks berupa kation atau kompleks netral, maka nama ion pusat sama dengan nama unsurnya.

Beberapa contoh nama senyawa koordinasi atau ion kompleks adalah sebagai berikut:
            K4[Fe(CN)6]                : kalium heksasianoferat (II)  
            [Cu(NH3)4]2+               : ion tetraaminatembaga (II)
            Na3[Cr(NO2)6]             : natrium heksanitritokromat (III)
            [Co(en)3]Cl3                : tris(etilinadiamina)kobal (III) klorida

Senyawa Kompleks atau Senyawa Koordinasi

Secara umum senyawa kompleks atau senyawa koordinasi terbentuk dari ion logam (ion pusat) yang dikelilingi oleh sejumlah ligan. Pada umumnya ion pusat berasal dari ion-ion logam transisi karena ion logam transisi mempunyai orbital-orbital kosong yang dapat berperan sebagai penerima elektron. Ion pusat dalam senyawa kompleks berfungsi sebagai penerima (akseptor) pasangan elektron. Sedangkan ligan dapat berasal dari anion atau molekul netral yang mempunyai pasangan elektron bebas untuk didonorkan pada ion pusat. Ikatan antara ion pusat dan ligan terjadi karena adanya donor elektron dari ligan kepada ion pusat sebagai akseptor pasangan elektron. Ikatan tersebut disebut ikatan kovalen koordinasi.
         
Ion logam transisi merupakan ion logam yang paling mudah membentuk senyawa kompleks karena ion ini mempunyai orbital-orbital d yang belum penuh. Pada contoh [Fe(CN)6]4-, ion Fe2+ menyediakan 6 orbital kosong yang dapat digunakan oleh 6 pasangan elektron dari ion CN-. Oleh sebab itu, ion pusat juga disebut asam Lewis. Pada beberapa senyawa kompleks khususnya senyawa organologam, kompleks yang terbentuk tidak bermuatan seperti [Mn(CO)6]. Oleh sebab itu, Mn dalam kompleks ini disebut sebagai atom pusat karena ligan CO terikat pada atom Mn dan bukan pada ion Mn2+. Pada contoh senyawa kompleks [Ag(NH3)2]Cl dan  [Fe(CN)6]4- ion pusatnya berturut-turut adalah Ag+ dan Fe2+. Sedangkan ligannya adalah NH3 dan CN-.
          

Pemisahan Asam Miristat Dari Biji Pala

Buah pala mengandung zat-zat : minyak terbang (myristin, pinen, kamfen (zat membius), dipenten, pinen safrol, eugenol, iso-eugenol, alkohol), gliseda (asam-miristinat, asam-oleat, borneol, giraniol), protein, lemak, pati gula, vitamin A, B1 dan C. Minyak tetap mengandung trimyristin.

Biji pala dikenal sebagai Myristicae Semen yang mengandung biji Myristica Fragrans dengan lapisan kapur, setelah fulinya disingkirkan. Bijinya mengandung minyak terbang, dan memiliki wangi dan rasa aromatis yang agak pahit. Sebanyak 8 – 17% minyak terbang yang ditawarkan merupakan bahan yang terpenting pada fuli.

Prosedur dan teknik pemisahan asam miristat dari biji pala pada dasarnya adalah ekstraksi trimiristin dari biji pala menggunakan pelarut yang sesuai untuk mendapatkan trimiristin sebanyak-banyaknya. Karena trimiristin ini terdapat dalam biji pala dengan kadar tinggi, maka hasil ekstraksi yang murni dapat dicapai dengan cara ekstrasi sederhana dan kristalisasi. Setelah didapatkan kristal trimiristin yang murni tahap selanjutnya adalah menghidrolisa trimiristin dalam suasana basa sehingga dihasilkan asam miristat dan gliserol. Asam miristat kemudian dipisahkan dengan cara kristalisasi